TENGGELAMNYA BINTANG

TENGGELAMNYA BINTANG

“Janji ya, lo bakalan terus ngedukung gue?”
“Tentu saja, Jingga.”
Sepasang kekasih sedang asyik bercanda di beranda kamar sang gadis. Di usianya yang ke 18 tahun, Jingga nama sang gadis itu telah terkenal sebagai seorang artis. Tak ada orang yang tidak mengenalnya. Begitu mendengar namanya, orang langsung terkesima dibuatnya. Jingga sangat bangga dan senang akan dirinya yang begitu cepat naik daun. Tetapi berbeda pada Grey yang selalu merasa takut apabila Jingga mendapat suatu kesenangan atau keuntungan dari pamornya sebagai seorang artis. Grey takut apaila suatu saat Jingga akan merasakan sakit dari apa yang telah Jingga dapatkan. Apabila jingga mendapat keuntungan atau kesenangan, Jingga tidak segan-segan langsung mengadakan pesta besar-besaran di malam hari.
“Jingga, gue bukannya gak suka dengan cara lo ngerayain kesenangan lo, tapi gue takut kalo lo terlalu larut dalam kesenangan lo ini, lo akan…..”, belum sempat Grey meneruskan ucapannya, Jingga dengan mimik naik pitam memotong pembicaraan Grey, “Eh! Teman-teman udah pada nungguin di bawah, kita ke sana, yuk!”, seolah-olah ucapan Grey di buang begitu saja dan tidak dihiraukannya. Sambil menarik tangan Grey, gadis berambut panjang dengan mata semu itu turun menuruti tangga rumah mewahnya. Grey yang melihat Jingga begitu polos, cantik, serta kelucuan tingkah lakunya seolah tak mampu berkata lagi. Grey yang sudah empat tahun menemani Jingga hanya bisa tersenyum melihat karir Jingga yang telah sukses. Sebenarnya yang diinginkan pria bertubuh tinggi kurus itu hanya perhatian dari Jingga yang selama ini tidak ia rasakan. Apalagi semenjak Jingga menjadi artis, perhatian Jingga seolah berkurang seratus delapan puluh derajat. Namun walaupun begitu, Grey tetap mendukung apa yang dilakukan belakan jiwanya itu.
Sekarang Jingga sudah berusia 20 tahun. Konflik-konflik yang datang dari karirnya sebagai seorang artis terkenal mulai bermunculan. Segala sesuatu yang ditakutkan Grey telah hadir menyelimuti Jingga. Para wartawan seolah menjelma menjadi sebuah asteroid yang akan menghancurkan bulan. Majalah-majalah yang membeberkan berita palsu tentang Jingga seolah menjadi pisau yang menancap pada jantung Jingga. Grey yang setiap hari mengadakan pers untuk meredakan berita palsu tentang Jingga seolah tak dihiraukan masyarakat. Media masa yang selama ini turut menaikkan pamor Jingga, seolah berubah menjadi boomerang dan menyebarkan gossip tentang Jingga. Berita tentang Jingga hamil, berita bahwa Jingga tidak rukun dengan keluarganya, dan semua berita tentang keadaan Jingga tak dapat di bendung lagi.
Hingga pada suatu malam, tepat di depan sebuah studio musik terlihat wajah-wajah yang haus ingin mengorek berita tentang Jingga sedang berdesak-desakan tak tau arah. Kamera mahal yang jatuh tak dihiraukan oleh seorang wartawan, karena yang terpenting baginya hanyalah bertemu dan berbicara dengan Jingga. Hujan deras yang mengguyur para pencari berita itu tak menjadi halangan untuk mencari berita tentang Jingga. Jingga yang sudah lama menunggu di dalam, menunggu orang-orang di luar pergi seolah tak tahan dengan hidupnya dengan persoalan yang menderanya saat ini.
Di tengah lamunannya Jingga dikagetkan dengan deringan ponsel yang sedang di genggamnya.
“Hallo, Jingga?”
“Ya…”
“Jingga, ini Lavender, lo bisa ke sini gak? Darurat nich”, tanya Lavender yang sudah 2 tahun menjadi sahabat Jingga dalam dunia ramainya itu.
“Memang ada apa? lo lagi di mana?”
“Gue lagi Mall bilangan kota deket rumah lo, cepetan ke sini Grey lagi gak kontrol, semua media massa yang menyangkut tentang lo dibakar dan diancurin ama Grey, padahal polisi udah berusaha melarangnya tapi malah kalah sama banyaknya wartawan yang kaget dengan kelakuan Grey, ditambah lagi wartawan malah motret wajah Grey yang sedang kacau kayak gitu.”, dengan nafas terengah-engah Lavender masih memberitahukan keadaan di sekitarnya.
Jingga yang mendengar berita itu langsung menutup ponselnya dan bergegas lari ke depan.
“Jingga! Mau kemana kamu! Di luar berbahaya!”, teriak salah satu crew.
Tetapi Jingga tidak memperdulikan ucapan dari salah satu crew tersebut. Dengan penuh harap Jingga berusaha menerobos kerumunan para wartawan bersama seorang manager yang berdiri di belakangnya. Akhirnya Jingga dapat mencapai mobil dan pergi dari kerumunan para wartawan yang mengerikan.
Kemudian setelah sampai di depan muka Mall bilangan kota tempat tinggalnya, Jingga langsung berlari kedalam dan mencari jejak Grey. Didapatinya Grey yang lepas kendali sedang mengobrak-abrik isi toko tersebut. Butiran bening dari matanya pun tiba-tiba menetes dan kemudian mengalir deras tak tertahankan.
“Hentikan Grey! Hentikan!”, teriak Jingga sambil menahan tangan Grey yang hendak mengobrak-abrik salah satu rak buku.
“Jingga? Lo kenapa ada di sini.”, dengan wajah panik Grey tak menyangka bahwa Jingga tengah berada di sampingnya.
“Hentikan Grey, apa yang lo lakuin? Gue benci lo.”
“Tapi Jingga, gue lakuin ini semua karena gue sayang ama lo.”
“Gue tahu lo sayang banget ma gue, tapi cara lo salah.”
“Tapi Jingga…”, Grey tak kuat meneruskan kata-katanya lantas memeluk Jingga di hadapan semua orang dan seperti biasa wartawan langsung memotret mereka berdua. Tetapi sesaat kemudian jingga melepaskan pelukan Grey. Melihat keadaan itu Grey semakin lepas kendali, sekali lagi Grey mengobrak-abrik kembali isi toko. Di saat Grey sedang mengobrak-abrik isi toko, terdengar suara tembakan yang dikeluarkan oleh salah seorang polisi yang berusaha memulihkan keadaan. Namun karena terlalu banyaknya jumlah para wartawan dan orang-orang yang turut menyaksikan kejadian itu, polisi merasa kewalahan dan tak sengaja saat polisi melakukan tembakan peringatan yang kedua kalinya, pistol yang hendak ditembakannya ke langit tersenggol oleh salah satu tangan wartawan yang sedang membawa kamera. Tembakan nyasar itu tepat mengenai otak kiri kepala Jingga. Grey tiba-tiba tersentak kaget ketika melihat kenyataan di hadapannya itu. Jingga yang tegap berdiri tiba-tiba perlahan jatuh ke lantai.
“Jingga! Jingga bangun! Jingga!”
Jingga yang tak merasakan apapun hanya bisa tertidur lemah tak berdaya. Dengan cepat Jingga kemudian dibawa ke rumah sakit terbesar dan tercanggih di kota itu. Walaupun rumah sakit itu canggih dan tenaga kerjanya propesional, Jingga tetap tak tertolong. Luka di kepalanya terlalu berat.
“Jingga mengapa semuanya musti terjadi, semua hal yang gue takutin mengapa harus terjadi, Jingga bangun! Jingga demi gue! Bangun!”
Namun tubuh mungil yang menggemaskan itu tetap tak mau kompromi dan hanya terdiam lemah.
“Jingga, mengapa kata-kata terakhir yang keluar dari mulut lo hanya sebuah kata kebencian, jawab Jingga! Jawab! Gue ingin ngedenger kata-kata manis dari mulut lo, gue ingin diperhatiin sama lo itu aja, tapi kenapa sekarang lo malah pergi dari gue, sampai kapanpun lo adalah belahan jiwa gue dan gak akan ada yang dapat ngegantiin lo. Dan gue bakalan terus nemenin lo”
Tiba-tiba suara rintih yang terucap dari bibir Jingga terdengar jelas di telinga Grey, “Grey….gue sayang banget ama lo….sayang banget…..”. Grey yang mendengar kata-kata itu terucap dari bibir Jingga, seolah tak percaya dan langsung bergegas memanggil dokter. Namun ketika dokter datang dan memeriksa keadaan Jingga, tetap saja Grey harus menerima kenyataan bahwa Jingga sudah tiada. Sesudah itu raut wajah yang sedikit nampak membaik kini kembali murung dan berduka seolah tak mau menerima kenyataan pahit ini.
Namun wajah yang sudah tak berdaya itu kembali terlihat polos, cantik, serta kelucuan tak bisa hilang dari aura jiwa serta raganya walau tak bernyawa sekalipun.
Kini seorang bintang telah tenggelam di usianya yang relatif muda. Apabila seseorang meraih kebahagian dan kebahagiaan itu hilang, lalu apa artinya semua ini? Pengorbanan serta kasihsayang seseoranglah yang diam-diam telah menjadi kebahagiaan ruh diri seseorang tanpa kita sadari.
Wajah yang memperlihatkan kebahagiaan telah nampak pada gadis yang sudah lemah tak berdaya. Wajah itu lantas diberikannya pada Grey yang tengah tertidur lelap di sampingnya. Dengan aliran darah yang mengalir dari pergelangan tangan Grey. Mungkin darah itu yang akan menimbulkan titik kebahagiaan bagi keduanya di kehidupan kelak.

terima kasih

My Profile

Foto saya
BANDUNG, jawa barat, Indonesia
TEKSTIL = spesialis benang rajut, spandex, kain, digital printing, dll IT=internet marketing, bisnis, trading forex, dll hub saya di : 082121431163 / 082218829030 virus.cantik@gmail.com

Pay Per Click